- Back to Home »
- bahasa indonesia »
- Gangguan Karies pada Kesehatan Gigi dan Mulut Anak
Posted by : naufa sahiroh
Selasa, 09 Oktober 2018
Naufa sahiroh
S.Tr Keperawatan Lawang
naufasahiroh@gmail.com
Abstrak: Masyarakat
saat ini sering mengalami sakit pada gigi dan mulut, terutama pada usia anak
anak. Ajakan teman untuk membeli jajanan manis atau yang bisa disebut makanan
kariorganik menjadi Penyebab utama seorang anak sering terjadi gangguan pada
gigi dan mulut serta kurangnya perhatian dari para orang tua untuk mengawsi apa
saja makanan yang telah dikonsumsi seorang anak baik drumah maupun di
lingkungan umum. Pada gigi terdapat berbagai macam saraf yang akan
menghubungkan antara gigi dan bebagai organ manusia. Sehingga kebersihan dalam
merawat gigi dan mulut akan berpengaruh dalam kelangsungan fungsi saraf organ
tubuh dalam kinerjanya. Selain peran orangtua dan faktor dari makanan manis,
anak anak yang salah paham akan selalu memberontak dan menolak untuk diajak
merawat gigi juga menjadi faktor yang sangat memperngaruhi tingginya tingkat
gangguan gigi pada anak di Indonesia. Perawatan pada gigi bukan hanya untuk
mempercantik diri, tetapi juga untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut supaya
terhindar dari gangguan.
Kata
kunci : Gangguan Karies, gigi, muut, anak , kesehatan
Pendahuluan
:
Sakit gigi dan mulut bukan menjadi hal yang aneh dimasyarakat dimana
biasanya pasiennya mengeluhkan nyeri pada gigi, gusi yang bengkak, dan lubang.
Menurut jurnalsehat.com (2017) mengatakan bahwa Gigi memiliki berbagai macam syaraf yang terhubung ke seluruh
tubuh. oleh sebab itu gigi yang tidak sehat akan menyebabkan terganggunya
fungsi syaraf dan berbagai organ tubuh lainnya. menurut Hamada (2008)
mengatakan bahwa gigi tersebut akan berfungsi dengan baik jika gigi itu tanpa
adanya plak, karies, nyeri, dan penyakit lainnya. Larasati
(2012) mengatakan bahwa penyakit gigi tidak bisa diremehkan sebagai penyakit
ringan yang terjadi pada gigi dan gusi akan tetapi penyakit yang akan
mempengaruhi seluruh tubuh. Jika dibiarkan, berkontribusi terhadap penyakit
lain yang lebih berbahaya sehingga mempengaruhi kualitas hidup dan memperpendek
usia harapan hidup. Dari beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa kesehatan gigi dan mulut
bukanlah sesuatu yang bisa diremehkan karna pada gigi tersebut terdapat
berbagai syaraf syaraf dalam tubuh yang akan terganggu jika dalam gigi dan
mulut terdapat plak, karies, nyeri, dan penyakit lainya. Yang menandakan bahwa
gigi tersebut tidak sehat.
Pembahasan :
Pengertian karies
E-junal.com
mengatakan bahwa Karies gigi adalah penyakit kronik, yang memiliki proses
dimana pada permukaan enamel pada mhkota atau permukaan akar yang distimulasi
oleh flora bakteri terjadi hilangnya ion-ion mineral secara kronis
Kehilangan ini pada awalnya hanya akan terlihat secara mikroskopis tetapi lama
kelamaan akan terlihat sebagai lesi bercak putih (white spot lesion) atau
melunaknya sementum pada akar gigi.
Kennedy (dikutip dari E-jurnal.com,2002) juga
berpendapat bahwa Karies gigi adalah suatu proses kronis, regresif yang
disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat (medium makanan bagi
bakteri) yang dilanjutkan dengan timbulnya destruksi komponen-komponen organik
yang akhirnya terjadi kavitasi (pembentukan lubang) sehingga larutnya mineral email.
Soesilo,
R. E. (2005: 25) berpendapat bahwa karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi
yaitu email, dentin, sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat
diragikan. Terdapat empat faktor yang berperan dalam proses terjadinya karies,
yaitu mikroorganisme, host, waktu dan substrat..
Menurut Fatimah (2016)
mengatakan bahwa Penyakit yang ada dalam gigi dan mulut yang sering dialami
anak anak maupun dewasa adalah karies pada gigi. Penyakit ini dialami paling
keritis pada anak usia 6-14 tahun karena terjadi transisi dari gigi susu ke
gigi permanen.
Faktor faktor yang
mempengaruhi
Menurut Rudiansyah (2015)“Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku perawatan gigi dan mulut yaitu eksternal dan
internal. Faktor eksternal yaitu : peran orang tua, tingkat pengetahuan,
fasilitas, social budaya, penghasilan. Faktor internal yaitu : usia, jenis
kelamin, pengalaman, motivasi.”
Menurut Fatimatuzzahro, R. C. (2016: 87) mengatakan
bahwa timbulnya karies gigi antara lain
disebabkan kurangnya perhatian orang tua akan pentingnya menjaga kesehtan gigi
dan mulut pada anak anak serta didorong pola konsumsi makanan yang dapat memicu
timbulnya karies gigi, dan kurangnya informasi yang diserap masyarakat tentang
kesehatan mulut dan gigi. kurang perhatiannya
orang tua terhadap perkembangan sang anak masih menjadi salah satu faktor utama
tentang alasan penyakit karies masih tinggi di kalangan anak anak. Kurang nya
perhatian orangtua pada anak juga dapat menimbulkan kelainan lain dalam hal
kesehatan gigi dan mulut yaitu beresikonya seorang anak karena pemberian susu
di waktu waktu kurang tepat.“Pemberian susu pada anak menjelang tidur akan
beresiko mengalami nursing bottle
syndrome (sindroma botol susu) jika itu dibiarkan maka akan berpengaruh
pada pertumbuhan serta perkembangan gigi tetapnya kelak.” (djamil,2011).
Muhammad Iqbal (2018)
mengatakan bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi terjadinya karies yaitu host
(gigi dan saliva) , waktu, mikroorganisme, dan substrat. adapun tiga cara
penting untuk mencegah karies di rumah yaitu pengaturan diet atau pengaturan
gula yang dikonsumsi , pengendalian plak dan penggunaan fluor pada gigi. Menurut
angela (2005: 132-134) mengatakan bahwa anak kecil menyukai makanan yang
mengandung gula dengan rasa manis. keadaan yang demikian menyebabkan kebersihan
mulut dan gigi anak lebih buruk dibandingkan orang dewasa ditambah lagi anak
anak kurang menjaga kebersihan gigi dan mulut mereka seperti menggosok gigi
sebelum tidur yang sering dilewatkan oleh anak anak.
Menurut Kementrian
Kesehatan RI (2012:2) Pemeriksaan Gigi di Indonesia sangat minim dilakukan oleh
masyarakat juga menjadi penyebab tingginya angka karies pada anak Padahal jika anak diajarkan untuk memeriksakan
gigi mereka sejak dini akan berpotensi
mengurangi angka kejadian karies yang ada di Indonesia. Menurut Yusuf A. S. (2013). Berpendapat bahwa Reaksi
terhadap perawatan dental pada anak usia 3-5 tahun biasanya di anggap mereka
adalah sebagai hukuman, sehingga ada
perasaan malu, dan takut yang menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak, bahkan
beberapa diantaranya akan menolak dan menangis tidak mau dirawat giginya”
meskipun pemeriksaan gigi di indonesia yng
sangat minim dilakukan oleh masyarakat serta reaksi anak anak yang menolak
dirawatnya gigi dan mulut. Masyarakat harus memerhatikan dan melaksanakan
dengan benar dalam hal kesehatan gigi dan mulut. jika tidak, ada penyakit
tertentu yang akan membahayakan diri penderita jika tidak ditangani sejak dini.
Upaya untuk gangguan karies
“upaya pencegahan karies yaitu merubah
kebiasaan anak mengenai kesehatan mulut dan gigi, memberikn informasi sejak
dini mengenai kesehatan gigi dan mulut, ajarkan menyikat gigi dengan benar,
mengurangi konsumsi gula, gunakan fluor dan klorheksidin.”(Waraney Mamengko, S. E., 2016). Menurut suwelo
(1992) mengatakan bahwa Makanan kariogenik adalah makanan yang bertekstur
lengket, mudah hancur, memiliki rasa manis yang mengandung banyak karbohidrat
dan dapat menyebabkan karies pada gigi. Kesimpulan dari beberapa pendapat di
atas adalah Selain peran orangtua yang masih menjadi faktor utama, anak kecil
yang mengonsumsi makanan yang bersifat Kariogenik juga merupakan salah satu faktor
utama lainnya setelah peran orangtua. Pada zaman yang sudah sangat maju dalam
perkembangan IPTEK juga di ikuti oleh maraknya makanan yang mengandung banyak
bahan yang tidak baik bagi kesehatan.
Sudah dijelaskan diatas
bahwa karies adlah penyakit gigi dan mulut yang sering terjadi di masyarakat
terutama anak anak yang menyukai makanan manis yaitu makanan kariogenik. Oleh
sebab itu mari ketahui bagaimana mendeteksi adanya karies. Menurut Rahayu (2013) Ada 4 Tahapan Mendeteksi Dini
adanya karies, yaitu Deteksi Tahap Inisial, Deteksi Tahap Kerusakan, Deteksi
Tahap Lesi Dalam, Deteksi Tahap Traumatik.
Selain memerhatikan faktor
faktor terjadinya karies dan melakukan deteksi dini, ada usaha lain yang dapat
mengurangi angka kries di Indonesia yaitu UKGS. Menurut Kementrian Kesehatan RI
(2012:11) Usaha Kegiatan Gigi Sekolah (UKGS)
Merupakan upaya kesehatan masyarakat yang di tunjuk memelihara,
meningkatkan, memperbaiki kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di
sekolah binaan. Jadi masyarakat Indonesia bisa melaksanakan 3 kegiatan untuk
mencegah atau mengatasi karies pada gigi.
Dampak
karies pada manusia jika dibiarkan
Adnamazida (2013)
menyatakan bahwa dampak penyakit gigi diantaranya, yaitu mendapat serangan
storke, gigi berlubang, endocarditis, pneumonia, esteomielitis rahang, gangguan
pernapasan, mengakibatkan penyakit jantung, dapat membuat pembuluh darah
tersumbat,.
Penutup :
Kesimpulannya karies adalah
suatu penyakit dimana kondisi gigi yang terdapat lubang pada giginya. Karies
bisa dialami oleh orang dewasa maupun anak anak akan tetapi, karies ini sering
dialami oleh anak anak karena kebiasaannya anak anak adalah memakan makanan
manis yaitu makanan kariogenik. Selain dari faktor makanan yang di konsumsi,
perang orang tua yang kurang memerhatikan kondisi dari anak anak juga menjadi faktor utama banyaknya anak anak
yang memiliki karies pada gigi mereka. Karies pada gigi yang tidak diatasi
sejak dini akan menyebabkan penyakit lainnya yang lebih serius. Perhatikan faktor
faktor terjadinya karies, melakukan deteksi dini, dan seringnya diselenggarakan
Usaha Kegiatan Gigi Sekolah (UKGS) dengan 3 cara tersebut masyarakat bisa
mencegah dan mengatasi karies sejak dini dan mengurangi angka penyakit karies
pada masyarakat.
Daftar Rujukan
Adnamazida, R. (2013). Penyakit yang mengancam
akibat malas gosok gigi. Retrieved 09 09, 2018, from
http://www.merdeka.com/sehat/14-penyakit-yang-mengancam-akibat-malas-gosok-gigi.html
Angela, A. (2005). pencegahan primer pada anak yang beresiko karies
tinggi . 132-134.
Djamil, M. S. (2011). A-Z Kesehatan Gigi Paduan lengkap kesehatan
gigi Keluarga. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
E-jurnal.com. (2013, 12). PENGERTIAN KARIES GIGI. Retrieved 09
29, 2018, from https://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-karies-gigi.html
Fatimah, H. (2016). Tingkat Pengetahuan tentang Pemeliharaan Kesehatan
Gigi pada Siswa Kelas IV dan V di SDN Widoro Yogyakarta. 20.
Fatimatuzzahro, N., Amilia, w., & Prasetya, R. C. (2016). Gambaran
Perilaku Kesehatan gigi anak sekolah dasar di desa Bangsalsari. 87.
Hamada, S. P. (2008). Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan
pemeliharaan. medan : USU Press.
Iqbal, M. (2018, september). Pencegahan Karies Gigi Sulung Pada Anak.
Retrieved 09 09, 2018, from https://www.researchgate.net/publication/42349418_Pencegahan_Karies_Gigi_Sulung_Pada_Anak
kennedy. (2002). Konservasi gigi anak (Pediatric Operative
Dentistry). jakarta: egc.
larasati, R. (2012). Hubungan Kebersihan Mulut dengan Penyakit
Sistematik dan Usia Harapan Hidup. 98.
Mamengko, W., Kawengian, S. E., & Siagian, K. V. (2016). gambaran
konsumsi jajan dan status karies pada anak usia 3-5 tahun di kelurahan
Rinegetan kecamatan Tondano Barat. 18.
Rahayu, T. U. (2013). Pengaruh Edukasi Menggunakan KIKA Terhadap
Perilaku Ibu Tentng Pencegahan Karies Gigi Sulung di Kelurahan Randusari
Semarang. 18-20.
RI, K. K. (2012). Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Mulut di Puskesmas. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
RI, K. K. (2012). Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah . Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI .
RUDIANSYAH, S. (2015, 07 10). Kesehatan Gigi. Retrieved 09 08,
2018, from
file:///C:/Users/Jeruk/Documents/pak%20didin/Rudiansyah_%20Kesehatan%20Gigi.html
sehat, j. (2017). Informasi Pengertian Kesehatan Gigi Dan Mulut.
Retrieved 09 08, 2018, from file:///C:/Users/Jeruk/Documents/pak%20didin/Pengertian%20Kesehatan%20Gigi%20Dan%20Mulut%20-%20Kesehatan%20Gigi%20Dan%20Mulut.html
Soesilo, D., Santoso, R. E., & diyatri, I. (2005). peranan sorbitol
dalam mempertahankan kestabilan pH saliva pada proses pencegahan karies. 25.
Suwelo, I. S. (1992). Karies Gigi Pada Anak dengan Berbagai Faktor
Etiologi . Jakarta: EGC.
YUSUF, A. S. (2013). Pngaruh pola asuh orang tua terhadap tingkat
kooperatif anak usia 3-5 tahun dalam perawatan gigi dan mulut . 10.