Archive for 2018
Gangguan Karies pada Kesehatan Gigi dan Mulut Anak
Naufa sahiroh
S.Tr Keperawatan Lawang
naufasahiroh@gmail.com
Abstrak: Masyarakat
saat ini sering mengalami sakit pada gigi dan mulut, terutama pada usia anak
anak. Ajakan teman untuk membeli jajanan manis atau yang bisa disebut makanan
kariorganik menjadi Penyebab utama seorang anak sering terjadi gangguan pada
gigi dan mulut serta kurangnya perhatian dari para orang tua untuk mengawsi apa
saja makanan yang telah dikonsumsi seorang anak baik drumah maupun di
lingkungan umum. Pada gigi terdapat berbagai macam saraf yang akan
menghubungkan antara gigi dan bebagai organ manusia. Sehingga kebersihan dalam
merawat gigi dan mulut akan berpengaruh dalam kelangsungan fungsi saraf organ
tubuh dalam kinerjanya. Selain peran orangtua dan faktor dari makanan manis,
anak anak yang salah paham akan selalu memberontak dan menolak untuk diajak
merawat gigi juga menjadi faktor yang sangat memperngaruhi tingginya tingkat
gangguan gigi pada anak di Indonesia. Perawatan pada gigi bukan hanya untuk
mempercantik diri, tetapi juga untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut supaya
terhindar dari gangguan.
Kata
kunci : Gangguan Karies, gigi, muut, anak , kesehatan
Pendahuluan
:
Sakit gigi dan mulut bukan menjadi hal yang aneh dimasyarakat dimana
biasanya pasiennya mengeluhkan nyeri pada gigi, gusi yang bengkak, dan lubang.
Menurut jurnalsehat.com (2017) mengatakan bahwa Gigi memiliki berbagai macam syaraf yang terhubung ke seluruh
tubuh. oleh sebab itu gigi yang tidak sehat akan menyebabkan terganggunya
fungsi syaraf dan berbagai organ tubuh lainnya. menurut Hamada (2008)
mengatakan bahwa gigi tersebut akan berfungsi dengan baik jika gigi itu tanpa
adanya plak, karies, nyeri, dan penyakit lainnya. Larasati
(2012) mengatakan bahwa penyakit gigi tidak bisa diremehkan sebagai penyakit
ringan yang terjadi pada gigi dan gusi akan tetapi penyakit yang akan
mempengaruhi seluruh tubuh. Jika dibiarkan, berkontribusi terhadap penyakit
lain yang lebih berbahaya sehingga mempengaruhi kualitas hidup dan memperpendek
usia harapan hidup. Dari beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa kesehatan gigi dan mulut
bukanlah sesuatu yang bisa diremehkan karna pada gigi tersebut terdapat
berbagai syaraf syaraf dalam tubuh yang akan terganggu jika dalam gigi dan
mulut terdapat plak, karies, nyeri, dan penyakit lainya. Yang menandakan bahwa
gigi tersebut tidak sehat.
Pembahasan :
Pengertian karies
E-junal.com
mengatakan bahwa Karies gigi adalah penyakit kronik, yang memiliki proses
dimana pada permukaan enamel pada mhkota atau permukaan akar yang distimulasi
oleh flora bakteri terjadi hilangnya ion-ion mineral secara kronis
Kehilangan ini pada awalnya hanya akan terlihat secara mikroskopis tetapi lama
kelamaan akan terlihat sebagai lesi bercak putih (white spot lesion) atau
melunaknya sementum pada akar gigi.
Kennedy (dikutip dari E-jurnal.com,2002) juga
berpendapat bahwa Karies gigi adalah suatu proses kronis, regresif yang
disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat (medium makanan bagi
bakteri) yang dilanjutkan dengan timbulnya destruksi komponen-komponen organik
yang akhirnya terjadi kavitasi (pembentukan lubang) sehingga larutnya mineral email.
Soesilo,
R. E. (2005: 25) berpendapat bahwa karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi
yaitu email, dentin, sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat
diragikan. Terdapat empat faktor yang berperan dalam proses terjadinya karies,
yaitu mikroorganisme, host, waktu dan substrat..
Menurut Fatimah (2016)
mengatakan bahwa Penyakit yang ada dalam gigi dan mulut yang sering dialami
anak anak maupun dewasa adalah karies pada gigi. Penyakit ini dialami paling
keritis pada anak usia 6-14 tahun karena terjadi transisi dari gigi susu ke
gigi permanen.
Faktor faktor yang
mempengaruhi
Menurut Rudiansyah (2015)“Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku perawatan gigi dan mulut yaitu eksternal dan
internal. Faktor eksternal yaitu : peran orang tua, tingkat pengetahuan,
fasilitas, social budaya, penghasilan. Faktor internal yaitu : usia, jenis
kelamin, pengalaman, motivasi.”
Menurut Fatimatuzzahro, R. C. (2016: 87) mengatakan
bahwa timbulnya karies gigi antara lain
disebabkan kurangnya perhatian orang tua akan pentingnya menjaga kesehtan gigi
dan mulut pada anak anak serta didorong pola konsumsi makanan yang dapat memicu
timbulnya karies gigi, dan kurangnya informasi yang diserap masyarakat tentang
kesehatan mulut dan gigi. kurang perhatiannya
orang tua terhadap perkembangan sang anak masih menjadi salah satu faktor utama
tentang alasan penyakit karies masih tinggi di kalangan anak anak. Kurang nya
perhatian orangtua pada anak juga dapat menimbulkan kelainan lain dalam hal
kesehatan gigi dan mulut yaitu beresikonya seorang anak karena pemberian susu
di waktu waktu kurang tepat.“Pemberian susu pada anak menjelang tidur akan
beresiko mengalami nursing bottle
syndrome (sindroma botol susu) jika itu dibiarkan maka akan berpengaruh
pada pertumbuhan serta perkembangan gigi tetapnya kelak.” (djamil,2011).
Muhammad Iqbal (2018)
mengatakan bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi terjadinya karies yaitu host
(gigi dan saliva) , waktu, mikroorganisme, dan substrat. adapun tiga cara
penting untuk mencegah karies di rumah yaitu pengaturan diet atau pengaturan
gula yang dikonsumsi , pengendalian plak dan penggunaan fluor pada gigi. Menurut
angela (2005: 132-134) mengatakan bahwa anak kecil menyukai makanan yang
mengandung gula dengan rasa manis. keadaan yang demikian menyebabkan kebersihan
mulut dan gigi anak lebih buruk dibandingkan orang dewasa ditambah lagi anak
anak kurang menjaga kebersihan gigi dan mulut mereka seperti menggosok gigi
sebelum tidur yang sering dilewatkan oleh anak anak.
Menurut Kementrian
Kesehatan RI (2012:2) Pemeriksaan Gigi di Indonesia sangat minim dilakukan oleh
masyarakat juga menjadi penyebab tingginya angka karies pada anak Padahal jika anak diajarkan untuk memeriksakan
gigi mereka sejak dini akan berpotensi
mengurangi angka kejadian karies yang ada di Indonesia. Menurut Yusuf A. S. (2013). Berpendapat bahwa Reaksi
terhadap perawatan dental pada anak usia 3-5 tahun biasanya di anggap mereka
adalah sebagai hukuman, sehingga ada
perasaan malu, dan takut yang menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak, bahkan
beberapa diantaranya akan menolak dan menangis tidak mau dirawat giginya”
meskipun pemeriksaan gigi di indonesia yng
sangat minim dilakukan oleh masyarakat serta reaksi anak anak yang menolak
dirawatnya gigi dan mulut. Masyarakat harus memerhatikan dan melaksanakan
dengan benar dalam hal kesehatan gigi dan mulut. jika tidak, ada penyakit
tertentu yang akan membahayakan diri penderita jika tidak ditangani sejak dini.
Upaya untuk gangguan karies
“upaya pencegahan karies yaitu merubah
kebiasaan anak mengenai kesehatan mulut dan gigi, memberikn informasi sejak
dini mengenai kesehatan gigi dan mulut, ajarkan menyikat gigi dengan benar,
mengurangi konsumsi gula, gunakan fluor dan klorheksidin.”(Waraney Mamengko, S. E., 2016). Menurut suwelo
(1992) mengatakan bahwa Makanan kariogenik adalah makanan yang bertekstur
lengket, mudah hancur, memiliki rasa manis yang mengandung banyak karbohidrat
dan dapat menyebabkan karies pada gigi. Kesimpulan dari beberapa pendapat di
atas adalah Selain peran orangtua yang masih menjadi faktor utama, anak kecil
yang mengonsumsi makanan yang bersifat Kariogenik juga merupakan salah satu faktor
utama lainnya setelah peran orangtua. Pada zaman yang sudah sangat maju dalam
perkembangan IPTEK juga di ikuti oleh maraknya makanan yang mengandung banyak
bahan yang tidak baik bagi kesehatan.
Sudah dijelaskan diatas
bahwa karies adlah penyakit gigi dan mulut yang sering terjadi di masyarakat
terutama anak anak yang menyukai makanan manis yaitu makanan kariogenik. Oleh
sebab itu mari ketahui bagaimana mendeteksi adanya karies. Menurut Rahayu (2013) Ada 4 Tahapan Mendeteksi Dini
adanya karies, yaitu Deteksi Tahap Inisial, Deteksi Tahap Kerusakan, Deteksi
Tahap Lesi Dalam, Deteksi Tahap Traumatik.
Selain memerhatikan faktor
faktor terjadinya karies dan melakukan deteksi dini, ada usaha lain yang dapat
mengurangi angka kries di Indonesia yaitu UKGS. Menurut Kementrian Kesehatan RI
(2012:11) Usaha Kegiatan Gigi Sekolah (UKGS)
Merupakan upaya kesehatan masyarakat yang di tunjuk memelihara,
meningkatkan, memperbaiki kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di
sekolah binaan. Jadi masyarakat Indonesia bisa melaksanakan 3 kegiatan untuk
mencegah atau mengatasi karies pada gigi.
Dampak
karies pada manusia jika dibiarkan
Adnamazida (2013)
menyatakan bahwa dampak penyakit gigi diantaranya, yaitu mendapat serangan
storke, gigi berlubang, endocarditis, pneumonia, esteomielitis rahang, gangguan
pernapasan, mengakibatkan penyakit jantung, dapat membuat pembuluh darah
tersumbat,.
Penutup :
Kesimpulannya karies adalah
suatu penyakit dimana kondisi gigi yang terdapat lubang pada giginya. Karies
bisa dialami oleh orang dewasa maupun anak anak akan tetapi, karies ini sering
dialami oleh anak anak karena kebiasaannya anak anak adalah memakan makanan
manis yaitu makanan kariogenik. Selain dari faktor makanan yang di konsumsi,
perang orang tua yang kurang memerhatikan kondisi dari anak anak juga menjadi faktor utama banyaknya anak anak
yang memiliki karies pada gigi mereka. Karies pada gigi yang tidak diatasi
sejak dini akan menyebabkan penyakit lainnya yang lebih serius. Perhatikan faktor
faktor terjadinya karies, melakukan deteksi dini, dan seringnya diselenggarakan
Usaha Kegiatan Gigi Sekolah (UKGS) dengan 3 cara tersebut masyarakat bisa
mencegah dan mengatasi karies sejak dini dan mengurangi angka penyakit karies
pada masyarakat.
Daftar Rujukan
Adnamazida, R. (2013). Penyakit yang mengancam
akibat malas gosok gigi. Retrieved 09 09, 2018, from
http://www.merdeka.com/sehat/14-penyakit-yang-mengancam-akibat-malas-gosok-gigi.html
Angela, A. (2005). pencegahan primer pada anak yang beresiko karies
tinggi . 132-134.
Djamil, M. S. (2011). A-Z Kesehatan Gigi Paduan lengkap kesehatan
gigi Keluarga. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
E-jurnal.com. (2013, 12). PENGERTIAN KARIES GIGI. Retrieved 09
29, 2018, from https://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-karies-gigi.html
Fatimah, H. (2016). Tingkat Pengetahuan tentang Pemeliharaan Kesehatan
Gigi pada Siswa Kelas IV dan V di SDN Widoro Yogyakarta. 20.
Fatimatuzzahro, N., Amilia, w., & Prasetya, R. C. (2016). Gambaran
Perilaku Kesehatan gigi anak sekolah dasar di desa Bangsalsari. 87.
Hamada, S. P. (2008). Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan
pemeliharaan. medan : USU Press.
Iqbal, M. (2018, september). Pencegahan Karies Gigi Sulung Pada Anak.
Retrieved 09 09, 2018, from https://www.researchgate.net/publication/42349418_Pencegahan_Karies_Gigi_Sulung_Pada_Anak
kennedy. (2002). Konservasi gigi anak (Pediatric Operative
Dentistry). jakarta: egc.
larasati, R. (2012). Hubungan Kebersihan Mulut dengan Penyakit
Sistematik dan Usia Harapan Hidup. 98.
Mamengko, W., Kawengian, S. E., & Siagian, K. V. (2016). gambaran
konsumsi jajan dan status karies pada anak usia 3-5 tahun di kelurahan
Rinegetan kecamatan Tondano Barat. 18.
Rahayu, T. U. (2013). Pengaruh Edukasi Menggunakan KIKA Terhadap
Perilaku Ibu Tentng Pencegahan Karies Gigi Sulung di Kelurahan Randusari
Semarang. 18-20.
RI, K. K. (2012). Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Mulut di Puskesmas. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
RI, K. K. (2012). Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah . Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI .
RUDIANSYAH, S. (2015, 07 10). Kesehatan Gigi. Retrieved 09 08,
2018, from
file:///C:/Users/Jeruk/Documents/pak%20didin/Rudiansyah_%20Kesehatan%20Gigi.html
sehat, j. (2017). Informasi Pengertian Kesehatan Gigi Dan Mulut.
Retrieved 09 08, 2018, from file:///C:/Users/Jeruk/Documents/pak%20didin/Pengertian%20Kesehatan%20Gigi%20Dan%20Mulut%20-%20Kesehatan%20Gigi%20Dan%20Mulut.html
Soesilo, D., Santoso, R. E., & diyatri, I. (2005). peranan sorbitol
dalam mempertahankan kestabilan pH saliva pada proses pencegahan karies. 25.
Suwelo, I. S. (1992). Karies Gigi Pada Anak dengan Berbagai Faktor
Etiologi . Jakarta: EGC.
YUSUF, A. S. (2013). Pngaruh pola asuh orang tua terhadap tingkat
kooperatif anak usia 3-5 tahun dalam perawatan gigi dan mulut . 10.
Cara Jitu Menyusun Artikel Bertemakan Keperawatan Tanpa Plagiarisme
Naufa sahiroh
S.Tr Keperawatan Lawang
naufasahiroh@gmail.com
Menurut Widyartono (2015) Ragam
ilmiah merupakan pemakaian bahasa menurut jenis pemakainnya di bidang keilmuan
yang biasanya digunakan dalam karya ilmiah yang dapat berupa makalah, artikel,
dan laporan penelitian mahasiswa seperti contohnya tugas akhir, skripsi, tesis,
dan disertasi. menurut Sumadiria, (2004:1)
artikel merupakan tulisan yang berisi tentang opini untuk mengupas
suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual dan terkadang kontroversial dengan
tujuan informatif, mempengaruhi, persuasif argumentatif, dan menghibur. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia yaitu artikel diartikan sebagai “karya tulis yang
bersifat lengkap” misalnya laporan berita, esai dalam majalah, surat kabar dan
sebagainya.
Ciri
ragam ilmiah menurut kuntarto (dikutip dalam Wiyartono,2007:6) terdapat 6 ciri
yaitu menggunakan bahasa Indonesia yang baku, menggunakan kalimat yang efektif
dan tidak bertele tele, menghindari kata yang bermakna ganda dan bermaksa kias,
menghindari penonjolan personal, adanya keselarasan dan urut. Sedangkan Ciri
ciri tulisan ilmiah menurut Maswan dan laila (2016:128) yaitu lugas, Logis, Tuntas,
Objektif, Cermat, Jelas dan padat, Tidak melibatkan emosi berlebihan, Terbuka
dan tidak egois, Memerhatikan bahasa
baku dan mengikuti kaidah tanda baca yang diakui. Dari beberapa materi diatas jika di terpakan
dalam sebuah karya maka, karya tersebut sudah benar akan tetapi belum baik,
karya juga harus bersifat baik. Dimana karya tersebut akan dikatakan baik jika
karya tersebut menghargai karya lain dan
tidak mengandung unsur plagiarisme. Indonesia saat ini sangat marak akan hal
nya dengan pembajakan dan plagiat dalam hal suatu karya. Karya yang di bajak
bukan hanya karya dalam bidang ilmiah saja, akan tetapi juga dalam hal
perfilman, music, budaya, dan sebagainya. Karena alasan alasan tersebut maka
masyarakat harus mengetahui terlebih dahulu pengertian dari sebuah plagiarisme.
Menurut
kamus besar bahasa Indonesia plagiarisme berarti “penjiplakan yang melanggar
hak cipta.” Sedangkan menurut widyartono (2015:06) plagiat merupakan pegambilan
karangan, pendapat, pemikiran, ide orang lain dan menjadikannya seolah olah
karangan sendiri. Sedangkan plagiator adalah orang yang mengambil atau
menjiplak karangan orang lain dan diumumkan menjadi karya sendiri. Menurut utorodewo (dikutip dlm widyarton,
2007: 07) yang digolongakn sebagai plagiarisme adalah :
1. Menggunakan
karya orang lain secara mentah tanpa memberi tanda penjelas jika mengambil
persis dengan tulisan lain
2. Mengambil
gagasan orang lain tanpa ada informasi yang jelas tentang sumbernya
Yang
tidak tergolong plagiarisme:
1.
Menggunakan informasi berupa fakta umum
2.Menulis
kembali pemikiran oranglain dengan sumber yang jelas
3.Mengutip
secukupnya tulisan orang lain dengan memberikan tanda batas yang jelas serta
memberikan sumbernya
Setelah mengetahui
pengertian dari plagiarisme, mari mengurangi kegiatan yang kurang baik tersebut
karna dengan tidak melakukan plagiarisme maka karya tersebut sudah bisa
dikatakan benar dalam sisi kaidah nya dan baik dalam sisi pengkutipannya.
Bagaimana cara cara jitu agar bisa karya tersebut baik dan benar ? berikut cara
cara jitu agar karya tersebut dikatakan baik dan benar :
1. Tentukan
dulu mau menulis karya atau artikel yang berisi seperti apa atau dengan kata
lain menentukan judul artikel
Contohnya :
Gangguan Karies pada Kesehatan Gigi dan Mulut Anak
2.
Kumpulkan
referensi yang sekiranya mengandung informasi yang sesuai dengan inti artikel
pada website yang terpercaya
Contohnya : https://doaj.org
www.academia.edu
3. Setelah
dikumpulkan beberapa referensi, baca dan teliti satu persatu mungkin ada kalimat
yang menunjang materi di artikel
4. Tuliskan
abstrak artikel tersebut dengan jumlah kata dari 100-150 kata
5. Lalu
tentukan kata kunci dari inti judul tersebut yang memuat 5 kata
6. Tuliskan
pendahuluan artikel yang memuat perawalan dari artikel
7. Setelah
membuat abstrak, Kata kunci, pendahuluan lalu lanjutkan dengan mengkutip
kalimat dari referensi yang telah dikumpulkan
secara langsung maupun tidak langsung. Akan tetapi, lebih disarankan untuk
mengutip kalimat dengan cara tidak langsung dan jangan lupakan beri penjelasan
mengenai sumbernya
8. Cantumkan
juga sumbernya pada daftar rujukan
9. Gunakan jenis rujukan yang ingin digunakan,
biasanya masyarakat menggunakan jenis APA
10. Jika
ada kutipan lain yang ingin ditambahkan lakukan langkah yang sama seperti
langkah 4 dan 5
11. Jika
inti dari pembahasan sudah cukup maka buatlah kesimpulan dari artikel tersebut
12. Setelah
membuat kesimpulan dan jika sudah merasa cukup dengan rujukan yang di dapat,
urutkan daftar rujukan yang ada jika belum urut
13. Buka
link plagiarisme checker untuk mengoreksi jika ada unsure plagiat
14. Jika
ada, sunting kembali artikel dengan merubah susunan kata
15. Cek
kembali jika sudah merasa cukup untuk menyunting artikel
16. Jika
sudah tidak ada unsur plagarisme, maka cek kembali susunan dari artikel
tersebut
17. Jika
tidak ada yang salah, maka telah selesai artikel tersebut
Adapun
10 cara jitu menurut Dr.Topik Hidayat (2006:06) yaitu menarik, fokus,
menggunakan bahasa yang baku dan efektif, runut dan terstruktur, bukan plagiat,
muatan lokal dimana banyak terdapat jurnal, definisi singkat, hindari
pengulangan, konsisten, dan ikuti instruksi yang ada.
Daftar Rujukan
Hidayat, D. (2006). Metodologi Penulisan Artikel
Ilmiah . 06.
Indonesia, K. B.
(2016). artikel. Retrieved 10 09, 2018, from
kbbi.kemdikbud.go.id/entri/artikel
Indonesia, K. B.
(2016). Plagiarisme. Retrieved 10 09, 2018, from
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/plagiarisme
Maswan, & laila,
A. F. (2016). Membangun Karsa Menjadi Penulis Populer. Deepublish .
Sumadiria, A. H.
(2004). Jurnaistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Widyartono, D.
(2015). Panduan menulis karya ilmiah di perguruan tinggi. malang : UM
Penerbitan dan Percetakan.
Terkikisnya Bahasa Indonesia
Naufa Sahioh
S.Tr Keperawatan Lawang
Indonesia memiliki bahasa daerah yang berbeda beda. Perbeaan bahasa yang ada disatukan dengan bahasa Indonesia. Pada zaman sekarang banyak budaya asing yang masuk di Indonesia melalui lagu, film, novel, komik, kartun, dan lain-lain. Masuknya budaya asing juga bersamaan dengan seringnya masyarakat menggunakan bahasa asing. Berjalannya waktu Bahasa Indonesia mulai tergeser dengan adanya bahasa bahasa asing. Banyak yang tidak menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari hari, tetapi mereka menggunakan bahasa asing.
Selain bahasa asing yang sudah marak digunakan, masyarakat juga masih menggunakan bahasa daerah nya masing masing. antusias pemuda dan pemudi generasi muda sekarng juga semakin memudar. Para pemuda pemudi lebih sering menggunakan kata kata yang disingkat agar terlihat keren. Kegiatan tersebut sudah menjadikan kebiasaan dalam kalangan pemuda pemudi saat ini.
Pemuda pemudi saat ini beranggapan bahwa bahasa asing lebih penting dalam menunjang masa depan mereka Generasi muda saat ini juga beranggapan bahwa mempelajari bahasa asing terlihat lebih keren di masyarakat. Menurut masyarakat, saat ini bahasa asing bisa menjadi sarana jika seseorang ingin semakin berkembang di dunia yang sangat modern ini dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang.
Jadikan kemajuan teknologi yang ada sebagai sarana berkembangnya rasa cinta memiliki bahasa Indonesia, bukan justru teknologi yang semakin berkembang menjadikan bahasa Indonesia semakin tenggelam dalam kemajuan zaman. Bukan hanya para leluhur saja yang berperan dalam melestarikan, justru Sebagai generasi muda turun mengambil peranan aktif yang besar dalam upaya pelestarian bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi bangsa Indonesia.generasi muda jangan biarkan bahasa Indonesia terkikis oleh kemajuan budaya asing yang mulai masuk di Negara ini.